Keprok Siompu Jeruk Khas Asal Buton
Nama jeruk Siompu mungkin masih terasa asing bagi sebagian besar petani maupun masyarakat penggemar jeruk di Indonesia. Wajar karena jeruk ini hanya dibudidayakan di pulau yang kecil, yaitu Siompu bagian dari wilayah Kabupaten Buton Selatan. Meskipun pada akhir-akhir ini mulai dikembangkan di wilayah Kabupaten Bau-Bau, luasannya juga masih sangat sedikit dan umumnya belum berproduksi. Konon pada masa kejayaannya, pohon jeruk Siompu banyak dijumpai menjulang ke jalan di sepanjang jalan desa di Pulau Siompu.
Seperti jeruk keprok pada umumnya, satu pohon jeruk dewasa yang baik mampu menghasilkan sekitar 50 hingga 100 kg buah/pohon bahkan bisa lebih. Pada tahun 2016, jeruk ini dinobatkan sebagai jeruk keprok termanis di Indonesia pada Kontes Jeruk Keprok Nasional. Karena rasanya yang enak, buah jeruk ini dilaporkan pernah beberapa kali dihidangkan pada jamuan kenegaraan di Istana Negara.
Sebenarnya budidaya jeruk Siompu sangat menguntungkan, banyak cerita dari masyarakat Siompu bahwa jeruk ini pernah mengantarkan banyak petani mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Pada saat ini (Agustus 2023), harga buah jeruk Siompu di Pulau Siompu dan sekitarnya termasuk fantastis. Setiap 3 butir buah jeruk dijual antara Rp. 30.000 - 50.000, setara dengan Rp. 60.000 - 100.000 per kilogram. Ini menjadi harga buah jeruk lokal paling mahal di Indonesia.
Di Pulau Siompu, tanaman jeruk dibudididayakan pada lahan berbukit yang permukaannya miring hingga bergelombang, hanya sebagian kecil yang agak datar dan semua lahan termasuk lahan kering. Lahan-lahan tersebut merupakan hamparan batu karang (kapur) dengan lapisan tanah di dalam cekungan batuan kapur yang sangat dangkal (sekitar 10 - 20 cm) . Karena itu, umumnya jeruk ditanam di cekungan batu kapur yang terisi tanah dengan jarak tanam menyesuaikan jarak cekungan tersebut.
Budidaya jeruk di Siompu masih dilakukan secara tradisional. Sebagian besar pertanaman berasal dari biji dan cangkokkan yang pohon induknya belum tentu sehat. Benih jeruk terstandar (bersertifikat) haya ditanam oleh sebagian kecil petani yang menerima bantuan benih dari pemerintah.
Kendala yang dihadapi saat ini petani masih kesulitan untuk mendapatkan benih jeruk terstandar karena di Kabupaten Buton Selatan belum ada penangkar resmi benih jeruk. Menurut bapak Suparman pemilik kebun jeruk di Siompu, tanaman jeruk dari biji memiliki tajuknya lebih sempit, baru mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan lebih rentan serangan penyakit, sedangkan tanaman dari okulasi cabangnya lebih banyak, tajuk lebih lebar, mulai berbuah sekitar umur 2 - 3 tahun dan lebih tahan penyakit.
Sumber : Ir. Sutopo, M.Si